Tongkang Batu Bara di Muara Teweh (dok: suarapublic) |
"Sejak hari ini angkutan kapal dan tongkang bermuatan batubara bertonase besar tidak bisa berlayar karena sungai surut," kata Rizalfi, petugas Teknis Lalulintas Sungai Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Barut, kemaren.
Sejumlah kapal tarik atau tunda (tug boat) dan tongkang yang sebelumnya berlayar ke hulu maupun hilir pada pekan lalu saat debit air Sungai Barito naik, kini terpaksa bersandar pada beberapa tempat.
Menurut Rizalfi, ketinggian debit air Sungai Barito saat ini pada skala tinggi air (STA) di Muara Teweh per Minggu (17/10/2010) siang pada angka 4,29 meter yang menunjukkan angka tidak aman bagi pelayaran kapal bertonase besar.
"Saat ini tongkang bermuatan dan kosong ada yang bersandar dan kandas di kawasan hutan pinggiran Sungai Barito," timpalnya.
Kapal dan tongkang kosong yang terperangkap itu mencapai puluhan unit sebagian besar milik perusahaan tambang PT Marunda Graha Mineral yang arealnya di wilayah Kabupaten Murung Raya (Mura).
Sebanyak 12 tongkang bersandar di kawasan Bukau Kecamatan Teweh Tengah Kabupaten Barut atau di hulu jembatan KH Hasan Basri Muara Teweh, ada delapan unit tongkang kosong dan empat unit bermuatan puluhan ribu metrik ton batu bara.
Sedangkan di hilir jembatan ada delapan unit tongkang yakni dua buah bermuatan batu bara dan enam buah kosong, selain itu sejumlah tongkang bermuatan masih bersandar di pelabuhan khusus baik di wilayah Barut maupun Mura.
"Sejumlah tongkang menunggu air naik baru melanjutkan pelayaran," pungkasnya.
Tidak ada komentar: