Jakarta - Pertaruhan kepentingan akhirnya mengkorbankan salah satu pemain sepak bola terbaik negeri ini. Irfan Bachdim dipasatikan tak bisa memperkuat Timnas karena namanya resmi dicoret dari skuad Garuda.
Banyak pihak yang menyayangkan dicoretnya nama Irfan dari skuad Timnas, dua di antaranya adalah teman Irfan, Mark van der Maarel dan Stefano Lilipaly yang dulu sama-sama bermain di Utrecht, klub Eredivise Belanda.
Sebagai sesama pemain Utrecht, Van der Maarel dan Lilipaly sangat mengenal sosok Irfan yang sama-sama memiliki darah Indonesia. Striker berusia 22 tahun itu selama dua tahun (2005-2007) memperkuat tim junior Utrecht. Dia juga sempat memperkuat tim utama FC Utrecht pada musim kompetisi 2008/2009.
Seperti dilaporkan situs Radio Nederland Wereldomroep, van der Maarel dan Lilipaly tak hanya kenal Irfan, lebih dari itu keduanya juga mengikuti perkembangan berita tentang Irfan di Indonesia, termasuk nasib Irfan yang karena pertarungan kepentingan beberapa pihak yang harus terdepak dari timnas Indonesia.
Seperti diketahui, PSSI telah secara sepihak menggunakan kekuasaannya untuk mencoret nama Irfan dari timnas Indonesia. Pemain yang pernah memperkuat HFC Haarlem itu dicoret bukan karena tidak memiliki kualitas. Tapi, Irfan dicoret dari skuat Alfred Riedl karena memilih bertahan bersama Persema Malang untuk bermain di Liga Primer Indonesia (LPI).
Van der Maarel dan Lilipaly mengaku sendih terhadap situasi yang menimpa Irfan. Keduanya sangat menyayangkan keputusan pencoretan Irfan. Menurut keduanya, Irfan bukan pelaku tindak kriminal tapi begitu gampang dicoret dari timnas.
Memang, begitulah bila egoistis seseorang sedang bicara, rasa nasionalis dan kebangsaan pihak lain yang harus mengalah demi kepentingan politik dan golongan. Sungguh pelajaran tak mendidik bagi generasi muda dipertontonkan kaum tua pengurus PSSI dan pihak lain. Terlalu!!!
Banyak pihak yang menyayangkan dicoretnya nama Irfan dari skuad Timnas, dua di antaranya adalah teman Irfan, Mark van der Maarel dan Stefano Lilipaly yang dulu sama-sama bermain di Utrecht, klub Eredivise Belanda.
Sebagai sesama pemain Utrecht, Van der Maarel dan Lilipaly sangat mengenal sosok Irfan yang sama-sama memiliki darah Indonesia. Striker berusia 22 tahun itu selama dua tahun (2005-2007) memperkuat tim junior Utrecht. Dia juga sempat memperkuat tim utama FC Utrecht pada musim kompetisi 2008/2009.
Seperti dilaporkan situs Radio Nederland Wereldomroep, van der Maarel dan Lilipaly tak hanya kenal Irfan, lebih dari itu keduanya juga mengikuti perkembangan berita tentang Irfan di Indonesia, termasuk nasib Irfan yang karena pertarungan kepentingan beberapa pihak yang harus terdepak dari timnas Indonesia.
Seperti diketahui, PSSI telah secara sepihak menggunakan kekuasaannya untuk mencoret nama Irfan dari timnas Indonesia. Pemain yang pernah memperkuat HFC Haarlem itu dicoret bukan karena tidak memiliki kualitas. Tapi, Irfan dicoret dari skuat Alfred Riedl karena memilih bertahan bersama Persema Malang untuk bermain di Liga Primer Indonesia (LPI).
Van der Maarel dan Lilipaly mengaku sendih terhadap situasi yang menimpa Irfan. Keduanya sangat menyayangkan keputusan pencoretan Irfan. Menurut keduanya, Irfan bukan pelaku tindak kriminal tapi begitu gampang dicoret dari timnas.
Memang, begitulah bila egoistis seseorang sedang bicara, rasa nasionalis dan kebangsaan pihak lain yang harus mengalah demi kepentingan politik dan golongan. Sungguh pelajaran tak mendidik bagi generasi muda dipertontonkan kaum tua pengurus PSSI dan pihak lain. Terlalu!!!
Tidak ada komentar: