Irjen Timur Pardopo, A Heryawan, Komjen Iman Haryatna |
Agar tidak ada lompatan bintang (dua ke empat), sebelum diajukan pada DPR, kemarin Timur dinaikkan pangkatnya menjadi bintang tiga dengan cara dimutasi sebagai Kepala Badan Pemeliharaan Keamanan Polri.
Juru bicara presiden SBY Julian Aldrin Pasha mengakui pengajuan calon Kapolri melewati proses yang alot. Awalnya, dua nama yang diajukan Kapolri Bambang Hendarso Danuri (BHD), yakni Irwasum Mabes Polri Komjen Pol Nanan Soekarna dan Kalemdikpol Komjen Pol Imam Sudjarwo sempat ditimbang oleh presiden.
Namun di menit-menit terakhir, presiden mempunyai pertimbangan lain. "Pada mulanya memang Pak Nanan dan Pak Imam. Namun, akhirnya timbul polemik di masyarakat. Itu tidak sepatutnya terjadi. Ada kesan politisasi dalam pengajuan dua nama itu," kata Julian, seperti dikutif dari situs pontianakpost.com, tadi malam. Karena itu, presiden meminta Kapolri mengajukan nominasi nama lainnya, termasuk Kabareskrim Komjen Pol Ito Sumardi juga sempat dinominasikan.
Komjen Ito Sumardi saat dicegat di Gedung Kejagung kemarin pagi sekitar pukul 10 pagi juga mengaku siap jika dipilih jadi kapolri. "Saya belum tahu. Tapi, sebagai anggota Polri tentu harus siap kapan saja," kata Ito.
Namun, siangnya, presiden akhirnya memilih Timur Pradopo. Julian mengatakan, selain kemampuan, presiden juga mempertimbangkan tingkat penerimaan calon di masyarakat dan internal Polri.
"Jadi presiden hati-hati, mencermati wacana di masyarakat, dan memutuskan calon yang paling pas. Ini untuk kepentingan institusi Polri. Tidak ada unsur politis di sini," kata mantan Wakil Dekan FISIP UI itu. Saat surat tengah dikirim ke DPR, kemarin petang sekitar pukul 17.45, Presiden SBY memanggil Kapolri Jendral Pol Bambang Hendarso Danuri ke Istana Negara, Jakarta.
Kapolri menghadap presiden sekitar 45 menit. "Ada perkembangan-perkembangan yang harus saya laporkan," kata Bambang usai bertemu presiden. Kapolri enggan menjelaskan perkembangan yang ia maksud. "Itu nanti penjelasan Insya Allah besok (hari ini) dari Bapak Menko Polhukam dengan saya," kata Kapolri.
Sekitar satu jam setelah Kapolri menghadap SBY, Ketua DPR Marzuki Ali menggelar jumpa pers di gedung DPR RI.
"Yang dicalonkan oleh Presiden adalah Timur Pradopo," katanya. Surat dari Istana memang baru datang sekitar pukul 19.00 WIB. Saat itu Koran ini melihat salah satu staf Sekretariat Jenderal DPR RI tampak terburu-buru menuju ruang kerja Marzuki. Benar saja, staf Setjen DPR itu membawa surat pencalonan Kapolri baru.
Marzuki menyatakan, sejatinya memang ada keinginan Presiden untuk menyampaikan surat pencalonan Kapolri pada 3 Oktober.
Namun, tanpa disangka, ternyata tanggal tersebut jatuh pada hari Minggu. Logikanya, karena jatuh pada hari libur, tentu surat itu tidak bisa diterima Setjen DPR. "Baru diserahkan deputi Sekjen kepada saya beberapa menit yang lalu," kata Marzuki. Namun, diakui Marzuki, bahwa terdapat perubahan dalam pencalonan Kapolri. Yakni, dari dua nama yang diajukan, menjadi satu nama saja. "Saya tidak tahu persis alasannya kenapa," kata Marzuki.
Pencalonan Timur itu, kata Marzuki, tentu merupakan pilihan terbaik yang diambil presiden. Dia meyakini, tidak ada intervensi atas pilihan Presiden untuk menetapkan Timur sebagai calon Kapolri. "Walaupun bintang satu sekalipun, tentu bisa di speed up (dipercepat, red) menjadi naik pangkat lebih tinggi. Tidak ada aturan (Komjen) harus menjabat dulu," sanggahnya.
Nama Timur memang baru muncul dalam 12 jam terakhir. Kapolri kemarin sempat akan mengikuti rapat kabinet paripurna membahas alat utama sistem senjata (alutsista). Rapat yang dijadwalkan dimulai pukul 11.00, molor hingga baru digelar sekitar 11.30. Beberapa saat sebelum rapat dimulai, Kapolri tergesa-gesa meninggalkan ruang rapat dan pergi dari Istana.
"Ada yang penting. Ke mabes," kata Kapolri, saat ditanya alasan meninggalkan rapat. Ternyata, Kapolri tengah menyiapkan pelantikan Timur Pradopo menjadi Kabaharkam. Di Mabes Polri, pelantikan Timur sebagai Kepala Badan Pemeliharaan Keamanan juga tampak tergesa-gesa. Sejumlah petugas protokol acara mengakui baru mendapat perintah pukul 11 siang.
Bahkan Kadivhumas Polri Irjen Iskandar Hasan juga kaget karena tidak mengetahui agenda itu sebelumnya. "Teman-teman tolong tanyakan saja pada Kapolri," kata Iskandar saat ditanya mengapa Timur dimutasi mendadak. Upacara serah terima jabatan kali ini berlangsung tidak seperti biasanya. Dalam sejarah perpindahan jabatan di Mabes Polri, baru kali serah terima jabatan dilanjutkan dengan upacara kenaikan pangkat sekaligus.
Acara juga berlangsung sangat cepat dan tidak lebih dari lima menit. Upacara yang digelar di Rupatama Mabes Polri, Jakarta ini, hanya diisi dengan pembacaan pengumuman dan laporan dari Timur. Posisi Kapolda Metro Jaya akan digantikan oleh Irjen Pol Sutarman yang sebelumnya menjabat sebagai Kapolda Jawa Barat. Sementara Kapolda Jawa Barat dijabat oleh Irjen Pani Parto.
Timur Pradopo juga tampak kaget saat dicecar wartawan soal jabatan barunya. "Baru hari ini diperintahkan dan saya terima karena kita sebagai anggota Bhayangkara siap melaksanakan tugas," ujarnya. Apakah siap jadi Kapolri? "Saya konsentrasi dengan jabatan saya, sekarang sebagai Kabaharkam akan saya jalani semaksimal mungkin. Penugasan lain terserah pimpnan," katanya.
Secara terpisah, sumber menyebut, nama Ito Sumardi tersingkir di menit-menit akhir. "Kalau nama Nanan dan Imam sudah lepas sejak ada isu persaingan," kata sumber yang juga termasuk lingkaran Istana.
Timur dianggap mampu menetralisir konflik kepentingan dan rivalitas internal Polri yang selama ini diam-diam memanas jelang pergantian Kapolri. "Pak Ito sebenarnya cocok, tapi dari sisi masa jabatan memang hanya akan sebentar," katanya. Ito akan pensiun akhir 2011. Itu berarti jika dia jadi Kapolri hanya akan menjabat selama satu tahun.
Tidak ada komentar: