upperads

Slider

Gambar tema oleh kelvinjay. Diberdayakan oleh Blogger.

POLITIKAL NEWS

Business

Technology

KRIMINALITAS

ANTI KORUPTOR

Sports

POROS KALTENG

» » » » Liputan Khusus Dalam Rangka HUT Barito Utara (Barut) ke-60 Tahun

  • Perjalanan Kabupaten Barut Menuju Kota Modern 
Juli 2010, Kabupaten Barito Utara (Barut) yang punya luas wilayah 8.300 KM2 / 830.000 hektar genap berusia 60 tahun. Mengambil momen peringatan hari jadi (HUT) Barut itu pula, kami media digital SUARAPUBLICNews mencoba menyegarkan kembali ingatan masyarakat luas tentang bagaimana dulu dan seperti apa kondisi Barut saat ini.

Muara Teweh, ibukota Kabupaten Barut dari udara. (Humas Barut)
Tulisan diterbitkan secara Liputan Khusus (Lipsus). Namun jujur, sedikitpun tak ada tendensi dari kami baik dengan pihak manapun, terkait materi kami sajikan. Hanya harapan kami semoga bermanfaat bagi semua, khususnya bagi pihak atau pejabat terkait.

Berikut Lipsus seputar program terealisasi, dalam proses penyelesaian maupun masih perencanaan yang dihimpun berdasarkan fakta lapangan, hasil wancara dengan masyarakat dan hasil konfirmasi dengan pejabat terkait dalam acara jumpa pers Bupati Barut di Runjab, belum lama ini.

Pendapat banyak pihak, kemajuan pembangunan Barut dalam kurun lima tahun belakangan ini tak terlepas dari berkat keja keras seorang Insiyur Kehutanan Alumnus Unlam Banjarmasin, H Achmad Yuliansyah MM. Berkat sentuhan dingin tangan mantan Kadishut Barsel itulah, kini Barut dinilai berhasil hampir disemua bidang pembangunan.
Kontroversi memang muncul seiring penilaian positif terhadap sosok H Achmad Yuliansyah. Terlepas dari kemudian muncul kontroversi terkait anggapan itu, yang pasti, bersama pasangannya Drs Oemar Zakie, H Achmad Yuliansyah mampu unggul suara dan terpilih kembali menjadi Bupati dan Wakil Bupati Barut dua periode berikutnya.

Periode kedua ini, proses terpilihnya kembali H Achmad Yuliansyah tebilang super istimewa. Dia dipilih secara langsung oleh masyarakat setempat hingga memperoleh dukungan lebih dari 50% pemilih Barut. Jelas beda kesannya waktu menjadi bupati hasil pilihan 25 anggota DPRD Barut periode sebelumnya.

Hanya bedanya, pada pemilihan periode sebelumnya dia diusung PAN, sedangkan pada pesta demokrasi secara langsung (Pilkadasung) Barut April 2008, H Achmad Yuliansyah diusung Golkar. Calon PAN jadi pesaingnya. Ini salah satu bukti, bila sosok kandidat lebih laku dibanding nama besar kendaraan politik.

Terpilihnya kembali H Achmad Yuliansyah juga membuktikan bila dia dicintai oleh masyarakat Barut. Kaitannya dengan materi yang hendak dibahas, terkait dengan alasan masyarakat Barut memilih Yuliansyah. Kebanyakan berpendapat lantaran H Achmad Yuliansyah dianggap berhasil membangun Barut.

“Kemajuan pembangunan Barut dinilai telah sejajar dengan kabupaten lainnya yang lebih dulu maju. Dengan pesatnya pembangunan, kita harapkan lapangan pekerjaan lebih terbuka lebar lagi,” kata Misni, warga Jalan Cempaka Putih, Muara Teweh.

Salah satu putra terbaik Barut itu juga dipandang mampu mengangkat nama baik salah satu kabupaten tua di pinggiran Daerah Aliran Sungai (DAS) Barito itu. Terutama terkait proyek besar yang hendak diwujudkannya, seperti pembangunan Bandar Udara baru berskala nasional, pemindahan jembatan penyeberangan sungai Barito, sarana hiburan anak-anak hingga rencana pembangunan kota baru (pemukiman baru), termasuk pembangunan gedung Polimat (Politeknik Muara Teweh).

Tak dipungkiri, sejak puluhan tahun silam Barut sudah terkenal di level nasional dan internasional. Tapi sekadar lantaran memiliki potensi alam yang kaya saja. Baru lima tahun belakangan, dianggap banyak pihak menjadi familiar ditelinga masyarakat, pejabat daerah lain di tanah air dan sejumlah pejabat penting di pemerintahan pusat RI di Jakarta dengan keberhasilan pembangunannya.

Bicara keberhasilan pembangunan dimasa kepemimpinan H Achmad Yuliansyah, juga tak terlepas dari dukungan penuh pasangannya Drs Oemar Zakie. Bersama seorang mantan pejabat birokrasi dilingkungan Pemkab setempat itu, H Achmad Yuliansyah bahkan mampu mengharumkan nama Barut dari segi keberhasilan tatanan sistem pemerintahannya.

Kini tinggal dalam proses pencapaian berhasil adalah dari segi kehidupan masyarakatnya. Salah satu program prioritas H Achmad Yuliansyah itu, belakangan cukup tertatih-tatih jalannya, tepatnya setelah adanya kebijakan rumit atau proses berbelit kepengurusan segala macam investasi yang masuk ke Barut. Banyak perusahaan terhambat kegiatan lantaran oleh terhambatnya berbagai investasi yang masuk.

“Penghargaan hampir semuanya diraih. Sisa masa pengabdian 3 tahun, sangat elok bila difokuskan untuk mencari terobosan penyediaan sebanyak-banyaknya lapangan pekerjaan. Pastilah tidak enak tidur seorang pejabat yang amanah bila hanya mampu membangun mewah sarana dan prasarana, sementara masyarakat disekitar masih banyak yang hidup tertatih-tatih oleh belum mendapatkan penghasilan memadai,” ucap seorang buruh proyek di Muara Teweh.

Bupati Barut H Achmad Yuliansyah, dalam jumpa pers yang khusus digelar dalam rangka persiapan peringatan HUT Barut ke-60, secara gamblang menjelaskan beberapa program dengan proyek besar yang hendak diwujudkannya selama mengabdi didaerah setempat.

Seperti telah dijelaskan sebelumnya, proyek besar itu di antaranya pembangunan Bandar Udara baru berskala nasional di Desa Trinsing, pemindahan jembatan penyeberangan sungai Barito (jembatan KH Hasan Basri), sarana hiburan anak-anak (Water Bomm) hingga rencana pembangunan kota baru (pemukiman baru), termasuk pembangunan gedung Polimat (Politeknik Muara Teweh).

“Semua sedang dalam proses penyelesaian. Saya sangat bangga dengan rencana itu karena kita didukung penuh pemerintahan pusat dari segi pendanaan. Masih dalam rencana, pembangunan kota baru, pemindahan jembatan KH Hasan Basri, satu lagi pembangunan sarana bermain anak-anak. Lainnya sudah dalam proses penyelesaian,” jelas Yuliansyah.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum Barut, Ir Anwar Sanusi U.Gayo MM,MT, yang memang diminta bupati menjelaskan detail kemajuan proyek besar yang berkaitan dengan instansinya menambahkan, rencana pemindahan jembatan sudah pada tahap pengajuan desain gambar. “Desain jembatan sudah diselesai digambar, tinggal diajukan ke provinsi,” timpal mantan pejabat Dinas PU Provinsi Kalteng itu.

Dijelaskan Anwar, rencana pembangunan kota baru saat ini sedang dalam tahap mencari lokasi. Diperkirakan, sebutnya, lokasi tak jauh dari lokasi bandara baru di Desa Trinsing, sekitar 17 kilometer dari Muara Teweh. Sedangkan rencana membangun satu lagi arena bermain anak-anak, menurut Anwar sudah masuk tahap pengumuman tender atau lelang. “Kita usahakan secepatnya selesai. Saya sudah perintahakan agar proyek itu salah satu kegiatan yang diprioritaskan,” kata Anwar.

Sementara Kepala Dinas Perhubungan, Telekomunikasi dan Informasi Barut, Drs Tenggara, menambahkan terkait penyelesaian tahap dua proyek bandara. Sebagaimana dijelaskan Bupati Barut sesaat setelah membuka jumpa pers, tahap dua Barut mendapat suntikan dana dari pusat sebesar Rp50 milyar. Sebelumnya, atau untuk penyelesaian proyek tahap pertama bantuan pusat sebesar Rp64 milyar.

“Saat ini sedang dalam proses penyusunan kerangka AMDAL proyek tahap dua. Perlu juga saya jelaskan sekalugus beritahukan kepada bupati, pelaksana proyek masih rekanan sebelumnya, hanya terjadi pergantian adalah perusahaan konsultan. Tapi tetap perusahaan dari Jakarta,” jelas Tenggara.

Sebelum mengakhiri jumpa pers, Bupati Barut H Achmad Yuliansyah menjelaskan bila tahun ini (2010), disiapkan bibit karet unggul sebanyak 750 ribu batang. Bibit itu, sebagaimana proyek tahun sebelumnya, diberikan secara cuma-cuma kepada kelompok masyarakat yang berminat berkebun karet.

“Tahun lalu bibit sudah kita bagikan sebanyak 500 ribu batang. Diharapkan tahun ini, usulan masyarakat yang tahun lalu tak bisa di akumodir terpenuhi tahun ini. Ini salah satu upaya kita, membantu usaha bagi masyarakat desa, khususnya petani di Barut,” kata Yuliansyah.***



  • Achmad Yuliansyah, Seorang Jenius dari Desa Pedalaman
H Achmad Yuliansyah MM
Masyarakat Kalimantan Tengah, khususnya masyarakat Kabupaten Barito Utara (Barut), mungkin mengenal dan hanya mengetahui bila Bupati Barut Ir H Achmad Yuliansyah MM adalah seorang mantan pejabat berasal dari Buntok, Kabupaten Barito Selatan (Barsel).

Maklum, selain jabatan terakhir dia (sebelum jadi Bupati Barut) adalah Kepala Dinas Kehutanan Barsel, Achmad Yuliansyah juga memang pernah lama menetap di Buntok. Hanya sedikit yang mengetahui bila H Achmad Yuliansyah sebenarnya putra kelahiran Muara Teweh, tepatnya di Jalan Perwira.

Kemudian lebih sedikit lagi masyarakat Barut mengetahui bila sosok H Achamd Yuliansyah sebenarnya keturunan suku Bakumpai di Desa Inu, sebuah desa terpencil di dalam sungai Lahei, Kecamatan Lahei. Berkat tekad dan kemauan kuat bersekolah, kemudian membawa sosok bupati Barut dua periode itu hingga mampu menjadi Sarjana Kehutanan lulusan Unlam Banjarmasin.

Bahkan kabarnya, seorang H Achmad Yulansyah yang tak banyak bicara itu terpaksa harus pindah-pindah sekolah karena mengikuti anggota keluarga yang mampu membiayai sekolahnya. Sosok H Mukri Inas, salah satu anggota keluarga yang kabarnya paling berjasa dalam karir H Achmad Yuliansyah.

H Mukri Inas, suami salah satu kakak perempuannya, yang terakhir membackup semua kebutuhan dan biaya sekolah bupati Barut itu. Hingga terakhir Yuliansyah menjabat sebagai Kadishut Barsel, peran orang pintar mendidik seperti H Mukri Inas sangat dominan.

Tapi dasar memang sifat H Achmad Yuliansyah yang tak pernah alergi terhadap nasehat dan petuah orang lebih tua, asalnya dinilainya positif tak bakal diabaikannya. Istimewanya lagi, Bupati Barut itu, meski lama menjabat dilingkungan birokrasi, dua periode menjabat bupati, seorang Magister Manajemen dan calon doktor, tapi pernah telihat menyombongkan diri sebagai orang pintar.

Kejeniusan otaknya, benar-benar digunakan atau dimanfaatkannya ke hal positif yang tentunya diharapkannya bermanfaat bagi orang banyak. Tidak pernah berprilaku seperti orang sombong karena kepintarannya, apalagi sombong dalam ucapannya.

Sangat jauh berbeda dengan pejabat kebanyakan, yang kerab berprilaku sombong dan bahkan berkata sombong karena kepintaran dan kedudukannya. Satu lagi yang sulit dicari kesamaannya dengan pejabat lainnya, terutama di Barut. H Achmad Yuliansyah adalah termasuk orang yang sedikit bicara tapi banyak berbuat.

Hanya saja kesulitannya, cukup banyak bawahannya yang tak bisa memahami maksud atau sesuatu yang sebenarnya diingkatkan seorang H Achmd Yuliansyah. Memang tak sepenuhnya bawahanya disalahkan, karena H Achmad Yuliansyah memang kurang banyak bicara. Tapi ‘apapula kata dunia’, bila seorang pejabat kaku dalam mengambil kebijakan atau mengerjakan sesuatu.

“Saya melantik karena percaya pejabat bersangkutan punya kemampuan lebih. Kalau harus dituntun atau detail dijelaskan baru berbuat sama halnya mereka menunjukan mereka tidak mampu dihadapan saya,” kata suami Hj Relawati Yuliansyah itu disela wawancara dengan wartawan, usai melantik pejabat beberapa tahun silam.

Dikesempatan terpisah, H Achmad Yuliansyah membenarkan bila keluarganya berasal dari Desa Inu. Hanya tak banyak diketahui, ternyata ayah kandung Bupati Barut itu juga tercatat sebagai salah satu tokoh masyarakat yang mendukung pembentukan provinsi Kalteng.

“Bapak biasanya membantu biaya. Sering juga dilakukan pertemuan tertutup di rumah. Saya anak laki-laki satu-satunya dalam keluarga. Jadi sering diajakan bapak tiap beliau bepergian,” kata Bupati Barut, dengan mimik seperti seseorang yang mengingat-ngingat kembali memory lamanya.

Tak sebatas itu, ternyata kakek H Achmad Yuliansyah juga termasuk pahlwan DAS Barito dalam mengusir penjajahan belanda di abad silam. Pantas darah pejuang masih melekat di nadi seorang H Achmad Yuliansyah, dengan dibangunnya monument (patung) pahlawan DAS Barito dari suku Bakumpai, Panglima Batur.

Nama besar pahlawan yang berani tanpa senjata berhadapan dengan pasukan Belanda kala perang dizaman dulu itu, juga melekat pada nama yayasan yang menaungi sekolah perguruan tinggi Polimat (Poltek Muara Teweh).

“Kita beri nama Yayasan Panglima Batur sebagai bentuk penghargaan teradap pahlawan kita yang berani menghorbankan nyawannya demi kemerdekaan masyarakat diwilayah DAS Barito,” kata Yuliansyah, dikesempatan terpisah, sebelum peletakan pertama pembangunan gedung Polimat di Desa Jingah, tahun lalu.***


  • Salah Satu Bukti Dunia Pendidikan Maju

Gedung POLIMAT tahap proses perampungan.
Melihat fakta selama ini, komitmen atau itikad baik Bupati Barito Utara (Barut) H Achmad Yuliansyah untuk memajukan daerah yang dua kali dipimpinnya itu tak perlu diragukan lagi. Meski fakta atau bukti keberhasilan itu jelas terlihat secara kasad mata, tetap saja banyak yang menilai selama kepemimpinan Yuliansyah, sangat minim terobosan pembangunan.

Bukti atau fakta itu tak hanya dilihat dari upaya kerasnya membangun bandara skala nasional di kabupaten pedalaman Kalteng ini. Tapi berdirinya gedung baru cukup megah POLIMAT di perempatan Jalan Negara di Desa Jingah (bekas kerangka beton dan lahan rencana gedung baru DPRD Barut) adalah bentuk nyata kepedulian Yuliansyah disektor pembangunan Sumber Daya Manusia generasi muda Barut.

Sama halnya dengan rencana Yuliansyah membangun sebuah Bandara besar di Desa Trinsing, awal berdirinya perguruan tinggi swasta yang dananya disokong penuh APBD Barut dan APBN itu juga disangsikan banyak pihak bisa terwujud berdiri di Kabupaten Barut. Ini sebagai bukti pula bila seorang Yuliansyah, benar-benar seorang pendiam yang banyak berpikir. Tidak besar mulut, tapi rencana besarnya terbukti terwujud.

Bedirinya POLIMAT di Barut juga merupaka langkah maju seorang H Achmad Yuliansyah dibanding bupati dikwasan DAS Barito lainnya. Sebab berdasarkan catatan SUARAPUBLIC, wacana bakal mendirikan perguruan tinggi di kabupaten yang dipimpimpinnya hampir bergema di setiap daerah itu. Dan hanya Barut yang terwujud nyata.

Ini benar-benar nilai plus. Bukan tidak mustahil generasi di tiga kabupaten tetangga Barut, seperti Barsel, Bartim dan Murung Raya itu, tak lagi memilih kota lain sebagai tujuan menimba ilmu. Apalagi Barut, sebelumnya sudah memiliki perguruan tinggi STIE yang saat ini statusnya sudah terakreditas.

“Hanya pesan saya, tolong masyarakat sama-sama menjaga fasilitas sarana dan prasaranan yang Pemkab Barut bangun. Saya akan marah besar bila sampai generasi Barut 50 tahun kedepan tak bisa menikmati sarana dan prasarana ini, terutama perguruan tinggi yang dengan susah payah dan perjuangan keras kita peroleh,” pesan Yuliansyah.

Itu bentuk keberhasilan dunia pendidikan Barut dari segi fisik. Sedangkan dari segi SDMnya, Barut cukup banyak melahirkan generasi jenius yang mampu mendominasi disetiap keikutsertaannya pada even atau lomba tingkat provinsi dan nasional. Baik lomba sain Fisika dan Biologi, maupun bidang study lainnya.

Terakhir ini, siswa Sekolah Dasar (SD) Barut ditetapkan menjadi wakil Kalteng pada lomba tingkat nasional bidang study IPA, setrelah berhasil menjadi yang terbaik pada lomba di tingkat provinsi. M Reza Farhani, siswa kelas V yang baru saja naik ke kelas IV SDN-5 Melayu, adalah nama siswa Barut berprestasi itu.

Kini dia sedang mempersiapkan diri berangkat ke Palangkaraya. Sebab 1 Agustus 2010 mendatang, dia sudah harus berada di Medan, tempat diselenggarakannya lomba sain ilmu pengetahuan bidang IPA SD tingkat nasional. “Kita sudah menunju ibu Holides SPd sebagai guru pendamping,” ucap Rhamadan, kasi pengawasan SD/SLTP Dinas Pendidikan Nasional Barut.***


  • Rehabilitas Kelestarian Hutan Prioritas

Mantan Menhut MS Kaban, dilokasi proyek RHL Barut

Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Barut, Ir Iwan Fikri, menambahkan, usulan akan bibit karet sebenarnya mencapai lima juta orang dan kelompok. Tapi, terkendala dana, tahun ini hanya mampu diakomudir sebanyak 750 ribu batang bibit karet unggul. “Kita upayakan usulan terpenuhi semuanya, tapi penyelesaiannya bertahap,’ ucap adik kandung Bupati Barito Timur Drs H Zain Alkim itu.

Dijumpai terpisah di ruang kerjanya usai jumpa pers, Iwan Fikri mengatakan, proyek pembagian bibit karet unggul itu, hingga Selasa (22/7/2010), sedang dalam proses pendistribusian kepada kelompok masyarakat yang sudah ditentukan berhak mendapatkan bantuan untuk anggaran tahun ini. “Kita ada banyak perusahaan penyedia bibit, termasuk pengusaha lokal, Mery Rukmaini,” jelas Iwan.

Mery sendiri, pada Pileg Barut periode tahun ini berhasil terpilih menjadi sebagai salah satu anggota DPRD Barut, dengan dukungan mutlak atau mencapai kuota suara satu kursi Partai Demokrat di DPRD setempat.

“Yang lain saya kurang kenal, karna yang datang pada saya banyak rekanan,” timpal Iwan. Meski dia tak begitu mengetahui asal perusahaan penyedia bibit, namun Iwan menjamin bila bibit yang dibagikan pada masyarakat itu benar bibit karet unggul sesuai spesifikasi proyek.

Dalam kesempatan itu, Iwan juga menjelaskan perkembangan rehabilitas hutan di Barut. Diakuinya kini kawasan hutan barut, termasuk hutan produksi, cagar alam dan hutan lindung masih tersisa sekitar 66%. Kemudian 34% masuk hutan kritis, ilalang, pemukiman dan KPPL.

Hanya sayangnya, tahun ini proyek DAK-DR untuk proyek rehabilitas hutan (RHL) atau Gerhan yang dananya bersumber bantuan pusat, tak diambil oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan Barut. Alasan Iwan Fikri, karena tahun ini pihaknya memfokuskan kegiatan rehabilitas hutan dengan kegiatan pemeliharan proyek tahun sebelumnya.

“Percuma kita ada proyek tapi pemeliharaannya terbengkalai. Untuk itu, tahun ini kita fokuskan pada kegiatan pemeliharaan,” ucap Iwan, didampingi bagian Gerhan, Pahrudin Shut dan Kabid Perkebunan Dishutbun Barut, Ir Rahmadi. Karena fokus pemeliharaan, sehingga dana pendamping DAK-DR bersumber dari APBD Barut dialihkan untuk penunjang kegiatan proyek pemeliharaan tanaman proyek DAK-DR tahun sebelumnya.

“Ada dua kecamatan fokus kegiatan kita tahun ini, yakni Kecamatan Gunung Purei dan Teweh Tengah. Kita sudah beberapa kali ke lokasi, untuk mengecek lokasi yang ditargetkan masuk proyek pemeliharaan tahun ini,” jelas Pahrudin, sembari menyerahkan beberapa lembar photo mereka selama dilokasi proyek. ***


  • Mengelola Potensi Batubara Ramah Lingkungan
Meski luasan wilayah Barut lebih separoh menyusut dibanding sebelum wilayah Murung Raya membentuk kabupaten sendiri, Kabupaten Barito Utara (Barut) masih banyak menyimpan Sumber Daya Alam (SDA). Tak hanya kekayaan hayati seperti aneka ragam tanamam dan marga satwa, isi perut bumi Barut juga banyak menyimpan potensi bernilai tinggi.

Bekas galian tambang PT Hikmah, di Desa Sikui, Barut
Tahun belakangan, potensi mulai dilirik sejumlah investor adalah tambang baru bara, minyak bumi dan gas. Potensi tambang batu bara sendiri hampir merata tersebar di enam kecamatan, Teweh Tengah, Lahei, Monttalat, Gunung Timang, Gunung Purei dan Teweh Timur. Sedangkan gas dan minyak bumi melimbah di daerah Karendan, dalam sungi Lahei, Kecamatan Lahei.

Sebelum keluar kebijakan Menhut soal izin pinjam pakai kawasan hutan dan izin pelepasan kawasan hutan, puluhan pemilik izin KP (sekarang IUP) mulai meningkatkan kegiatan. Dari yang peninjauan, naik ketahap ekplorasi sedangkan IUP ekplorasi sudah banyak yang mengajukan ke izin IUP ekploitasi.

Kendala muncul setelah keluar kebijakan harus adanya izin pinjam pakai kawasan hutan bagi perusahaan tambang yang beropeasi di kawasan hutan dan izin pelepasan kawasan hutan bagi izin perkebunan. Namun bukan berarti pihak perusahaan ogah mengurus izin, tetapi sulit dan berbelitnya proses kepengurusan untuk mendapatkan izin itu dari Menhut.

Tapi bagi Ir Suriawan MM, kondisi itu justru dimanfaatkannya untuk mengevaluasi segala perizinan yang diterbitkan dinas itu sebelumnya. Sebagaimana diketahui, Suriawan adalah pejabat baru di Dinas Pertambangan Barut. Kadis sebelumnya adalah Ir Asran, sekarang diposisikan menjadi salah satu asisten di kantor Bupati Barut.

“Saya diperintahakan langsung oleh bupati untuk melakukan evaluasi semua perizinan. Sekarang sudah dalam proses. Saya bahkan diminta tegas, yang menyalahi dibekukan, demikian pula yang tak menunjukan kegiatan, langsung dicabut izinnya,” ucap Suriawan belum lama ini.

Dijelaskan Suriawan, saat ini izin operasi perusahaan tambang di Barut mencapai 153 KP, termasuk tahap ekplorasi maupun ekploitasi. Beberapa di antaranya ditemukan tak beroperasi. “Kita mengharapkan perusahaan yang sungguh-sungguh berinvestasi. Biar sedikit tapi potensi yang ada benar-benar dimanfaatkan,” kata Suriwan.

Selain melakukan evaluasi, pejabat yang cukup lama ditempatkan di Kantor Badan Lingkungan Hidup Barut itu, sebelum mutasi dari Dinas Kehutanan Barsel, menginginkan kegiatan pertambangan di Barut yang ramah lingkungan. Untuk itu, pertama yang dia tekan kan adalah persiapan perusahaan dalam upaya reklamasi dan antisipasi dampak lingkungan dari kegiatan tambang.

“Dokumen AMDAL syarat utama harus ada. Perusahaan tak boleh melakukan kegiatan ekploitasi bila belum beres AMDAL. Kebijakan saya, perusahaan boleh menambang mengambil potensi batu bara dalam perut bumi tapi harus ramah lingkungan. Kita sebagai pihak teknis yang bertanggungjawab terhadap dampak pengerukan lapisan tanah, mendukung penuh kebijakan dan tindakan kantor BLH soal lingkungan,” tegas Suriawan. ***

«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama

1 komentar: